Bab 28
Bab 28
Bab 28
Samara kebingungan sejenak, saat berbalik dan menatap mata dingin pria itu.
“Sejak kapan kamu ada didepan pintu?”
Asta menarik sudut bibirnya dan suaranya yang dalam memiliki makna yang tidak dapat dipahami: “Sejak kamu mulai menceritakan kisah tiga babi kecil …”
Samara yang ditatapnya merasa seperti seekor mangsa, dan segera memalingkan wajahnya.
Dia sudah disana sejak dia membacakan cerita, kalau begitu pria ini sudah mengawasinya sejak setengah jam yang lalu.
Apa dia mengkhawatirkan Oliver dan Olivia yang berada dengannya?
***Tuan Asta, saya bersedia menemani Olivia dan Oliver murni karena takdir” Samara menatap sekilas dan genangan air mata masih terlihat jelas di matanya: “Karena sebelumnya kamu juga memintaku membantu menyembuhkan afasia yang diidap oleh Olivia, maka saya mohon agar kamu tidak mengawasiku diam-diam seperti ini.
Ini adalah kediaman Keluarga Costan, ini adalah wilayah kekuasaanmu, kalau saya benar-benar punya rencana jahat, saya juga tidak akan bertindak di tempat ini, saya tidak sebodoh itu.”
Sepasang mata Samara memerali, tapi dia menggunakan punggung tangannya untuk menyeka air mata itu dengan keras seolah-olah itu bukan matanya.
Lima tahun lalu, kehilangan sepasang anak kembarnya adalah pukulan paling menyakitkan baginya. Content is © by NôvelDrama.Org.
Itu adalah rahasia terdalamnya bahkan Javier dan Xavier juga tidak tahu tentang kedua kakaknya yang meninggal dunia.
Pada saat ini, dia tidak ingin Asta melihat air matanya, dia juga tidak ingin dia melihat sisinya yang lemah dan rapuhi.
“Jangan mengucek sekasar itu…nanti matamu terluka.” Asta mengernyitkan keningnya saat melibal wanita ini menyeka air matanya, tangannya langsung menahan pergelangan tangan wanita itu : “Yang paling indah diwajahmu ini adalah matamu.”
Samara tersentak, dan menatap Asta dengan kosong, dia bahkan tidak tahu harus memberikan
“Kalau saya mencurigaimu, Saya pasti akan menyuruh Pak Michel untuk mengawasimu.”
“Kalau begitu kamu…”
Jari ramping pria itu menyeka sudut mata Samara dengan ringan dan menghapus air matanya.
“Saya tidak terlalu rukun dengan anak-anak.” Asta bersuara : “Saya hanya ingin melihat bagaimana caramu berbaur dengan mereka, dan kenapa mereka sangat bergantung padamu, dan hanya menginginkan dirimu.”
Samara ingin menghindari gerakan Asta yang menyeka air matanya, tapi saat dia baru melangkah mundur, tangan pria itu sudah melingkar di pinggangnya dan membuatnya tidak bisa mundur.
Dia memberikan perlawanan, tapi semakin dia inelawan, tangan pria itu melingkar semakin erat padanya.
Dia mengigit bibirnya dengan keras, lalu berkata.
“Asta….”
“Orang dewasa sepertimu masih kalah dengan Oliver dan Olivia, menghapus air mata saja tidak pandai.”
Suara lembut dan dalam seorang pria terdengar di atas kepala Samara, dia yang hendak menghindar pada akhirnya tidak melakukan apa-apa.
Jarak diantara kedua orang itu sangat dekat, hidung Asta dipenuhi dengan aroma manis yang dipancarkan oleh wanita ini, aroma manis yang menyegarkan ini….terasa familiar.
Jari-jari Asta menyelipkan rambutnya yang menutupi sisi wajahnya ke balik telinganya, dan tatapannya seketika mencari bekas gigitan yang ada di daun telinganya.
Tidak ada.
Bekas gigitan yang diharapkan tidak muncul.
Lantas apakah dia salah mengenali orang?
Kebingungan melintasi benak Asta, dan tangannya mulai merenggangkan pelukannya terhadap
SaIIIArd.
Samara menatap punggung Asta, dan tangannya mengelus dadanya yang sejak tadi gelisah.
Asia ini memang pantas menjadi kepala keluarga keluarga Costan, dia jauh lebih pintar dari yang dibayangkan.
Meskipun dia mengenakan topeng wajah, tapi Asta mulai menaruh kecurigaan padanya?
Kalau bukan karena dia mengoleskan obat anti-inflamasinya yang khusus, sepertinya Asta akan langsung menyadari bekas gigitannya dan melepas topeng wajahnya ditempat.
Setelah kedua anak itu tertidur lelap, Samara hendak pulang.
Tapi, saat dia baru turun…
Dia mendengar suara hujan deras dari luar, suara hujan itu terus menghujam ke jendela dan langit-langit rumah.